Inflasi Untuk Perubahan Harga Dalam Ekonomi


Inflasi Untuk Perubahan Harga Dalam Ekonomi


Selamat bertemu di blog pelajaran akuntansi dalam topik pembahasan inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi, yang telah kami rangkum dalam sebuah tulisan untuk tujuan pembelajaran akuntansi yang lebih baik. Semoga dengan topik pembahasan inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi dapat menambah wawasan pembaca dan memberi mamfaat, berikut ini pembahasannya. 

Inflasi adalah kecenderungan harga-harga yang mengalami kenaikan secara menyeluruh dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari  barang-barang lain. Inflasi dapat dianggap sebagai penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. 

Inflasi yang tinggi sangat perlu perhatian khusus dan penanganannya, mengingat dampaknya bagi perekonomian yang bisa menimbulkan ketidakstabilan ekonomi, diantaranya penurunan kurs mata uang. Inflasi juga merupakan suatu kondisi perekonomian yang dicerminkan dengan harga-harga secara umum mengalami kenaikan dalam waktu yang panjang. Secara umum inflasi adanya jumlah uang yang beredar lebih banyak dibanding jumlah uang yang dibutuhkan.  

Peningkatan harga secara umum di kenal dengan istilah inflasi, sedangkan penurunan harga secara umum disebut dengan istilah deflasi. Perubahan harga yang dimaksud terdapat dua jenis yaitu perubahan harga secara umum dan perubahan harga secara khusus. Perubahan harga secara umum merupakan perubahan harga secara keseluruhan komoditi, sedangkan perubahan harga khusus merupakan perubahan harga komoditi tertentu. 

Pada saat periode perubahan harga, laporan keuangan sangat rentan terhadap resiko penyesatan para penggunanya. Resiko ini terjadi karena adanya ketidak akuratan pengukuran yang menyebabkan distorsi pada proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis. Anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh perubahan harga yang tidak dapat dikendalikan. Resiko tersebut menimbulkan kesulitan para pembaca untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan. 


Pengertian Inflasi Atau Perubahan Harga

Inflasi adalah kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam waktu tertentu. Apabila terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara maka kenaikan harga tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Bahwa tingkat inflasi merupakan salah satu tolak ukur penilaian baik buruknya ekonomi dialami suatu negara.           

Inflasi merupakan peristiwa moneter yang hampir terjadi di semua negara. Inflasi sering diartikan sebagai suatu kecendrungan naiknya harga-harga secara umum dalam waktu dan wilayah tertentu. Inflasi terjadi diwarnai dengan kenaikan harga-harga komoditi secara umum, atau hampir semua komoditi mengalami kenaikan. Dengan kenaikan harga dari satu atau beberapa barang saja tidak disebut sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga-harga barang lain. Kenaikan harga-harga musiman misalnya menjelang hari-hari besar tertentu atau yang terjadi sekali saja dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak dapat dikatakan sebagai inflasi.

Penggolongan inflasi yang sering digunakan adalah berdasar asal, bobotnya, serta berdasarkan penyebabnya. Secara umum perubahan harga adalah perbedaan jumlah uang untuk memperoleh barang atau jasa yang sama pada waktu yang berbeda dalam pasar yang sama. 
Karakteristik perubahan harga barang dan jasa, ada dua jenis yaitu:

1. Perubahan harga umum 
2. Perubahan harga spesifik 

Penjelasannya:

1. Perubahan harga umum

Perubahan harga umum mencerminkan kenaikan atau penurunan nilai tukar satuan uang atau dikenal dengan perubahan daya beli, diantaranya:

a. Inflasi dan daya beli uang
Indeks harga dapat memberi gambaran perubahan tingkat harga dari waktu ke waktu. Perubahan indeks harga merefleksi terhadap perubahan daya beli atau nilai tukar uang. Kenaikan indeks harga berarti penurunan daya beli demikian juga sebaliknya. Daya beli uang adalah kemampuan satuan uang pada saat tertentu untuk ditukarkan dengan barang-barang.

Gejala kenaikan tingkat harga umum dari waktu ke waktu disebut inflasi, dan inflasi ditunjukkan oleh indeks harga umum yang cenderung menaik dari waktu ke waktu. Perubahan relatif indeks harga dari perioda satu ke perioda berikutnya disebut dengan laju inflasi.

b. Implikasi akuntansi 
Kos berbagai objek yang diukur dengan satuan uang pada waktu yang berbeda-beda sebenarnya merupakan jumlah uang yang tidak homogenus sehingga tidak dapat dijumlahkan. Karena bersifat moneter, meretia sudah merefleksi kos atau harga sekarang setiap saat atau pada tanggal pelaporan. Dengan adanya perubahan daya beli, perusahaan kemungkinan akan mendapat untung atau menderita kerugian karena perusahaan menahan pos-pos moneter.

c. Interpretasi untung rugi daya beli
Dari sudut pandang perusahaan sebagai kesatuan usaha, untung atau rugi atas daya beli utang jangka panjang dalam suatu periode tidak mempengaruhi besarnya laba.
Dari sudut likuiditas, untung atau rugi daya beli akan memberi informasi apakah perusahaan dapat menjaga likuiditas operasinya. Dalam kondisi inflasi mengakibatkan modal kerja moneter akan cenderung menurunkan daya beli.

2. Perubahan harga spesifik

Perubahan harga spesifik adalah perubahan harga barang tertentu karena nilai instrinsik barang tersebut berubah sehingga nilai tukarnya juga berubah baik di pasar masuk maupun pasar keluar. Perubahan harga spesifik terjadi karena berbagai faktor diantaranya: perubahan selera konsumen atau perubahan harapan masyarakat terhadap kuantitas barang dan jasa tertentu, perubahan teknologi di bidang teknik industri dan karena adanya spekulasi.
Baca juga: Aset tetap atau aktiva tetap dalam akuntansi.

 

Penyebab Inflasi 

Inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi, adapun penyebab terjadinya inflasi secara umum bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:

1.
Naiknya permintaan terhadap barang atau jasa (Demand-pull Inflation). 
Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan bertambahnya permintaan faktor‐faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Inflasi terjadi karena kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal dengan istilah demand pull inflation.

2.
Meningkatnya biaya produksi (Cost-push Inflation).
Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasikan ikut naik. 

Baca juga: Soal-soal akuntansi IV lengkap dengan jawabannya.

 

Dampak Inflasi 

Inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi, inflasi mempunyai pengaruh terhadap individu maupun untuk kegiatan perekonomian secara luas pada umumnya. Dampak yang ditimbulkan dari inflasi tersebut adalah bersifat (a) dampak negatif dan (b) dampak positif. Dampak dari inflasi tersebut tergantung pada tingkat pengaruhnya ataupun keparahannya. 
Berikut ini penjelasannya:
 

(a) Dampak inflasi positif

Pengaruh positif inflasi terjadi apabila tingkat inflasi masih berada pada persentase tingkat bunga kredit yang berlaku. Misalnya, pada saat itu tingkat bunga kredit adalah 15% per tahun dan tingkat inflasi 5%. Bagi negara maju, inflasi seperti ini akan mendorong kegiatan ekonomi dan pembangunan. Mengapa demikian? Hal ini terjadi, karena para pengusaha ataupun wirausahawan di negara maju dapat memanfaatkan kenaikan harga untuk berinvestasi, memproduksi, serta menjual barang dan jasa.

(b) Dampak
inflasi negatif

Inflasi yang terlalu tinggi membawa dampak yang besar terhadap perekonomian, terutama tingkat kemakmuran masyarakat. Dampak inflasi tersebut, antara lain: 

  • Dampak inflasi terhadap pemerataan pendapatan 
  • Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi) 
  • Mendorong penanaman modal spekulatif 
  • Menyebabkan tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi 
  • Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan   
  • Menimbulkan masalah neraca pembayaran

 

Cara Mengatasi Inflasi 

Inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi, adapun cara yang digunakan untuk mengatasi inflasi diantaranya dengan menggunakan: 

1. Kebijakan Moneter

Menurut teori moneter klasik, inflasi terjadi karena penambahan jumlah uang yang beredar. Secara teoretis relatif mudah untuk mengatasi inflasi, yaitu dengan mengendalikan jumlah uang beredar itu sendiri. Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Ketika jumlah uang beredar terlalu berlebihan sehingga inflasi meningkat tajam, Bank Indonesia akan segera menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi peredaran uang.

2. Kebijakan Fiskal
 

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi inflasi adalah dengan mengurangi pengeluaran pemerintah, menaikkan tarif pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah.

3. Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal
 

Selain kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, pemerintah melakukan kebijakan non-moneter/ non-fiskal dengan tiga cara, yaitu menaikkan hasil produksi, menstabilkan upah (gaji), dan pengamanan harga, serta distribusi barang.
 



Cara Mencegah Inflasi 

Inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi, dengan mengunakan Irving Fisher MV= PT dapat di jelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat dari pada T. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V) harus dikendalikan. Cara mengatur vareabel M, V dan T tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi. Adapun cara untuk mencegah inflasi, yaitu (1) kebijaksanaan moneter, (2) kebijaksanaan fiskal, (3) kebijaksanaan yang berkaitan dengan output, (4) kebijaksanaan penentuan harga dan indexing. 

Penjelasannya:
 

1. Kebijaksanaan Moneter

Sasaran kebijaksanaan moneter di capai melalui jumlah uang yang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara, cara pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke Bank dalam bentuk giro, instrumen kedua yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasar terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.

2. Kebijaksanaan Fiskal

Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.

3. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output 


Dengan kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.

4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
 

Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji atau upah (dengan demikian gaji atau upah secara riil). Kalau indeks harga naik maka upah atau gaji juga dinaikkan.




Laporan Keuangan Masa Inflasi  

Inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi, selama periode inflasi nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkinini (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba dinilai lebih tinggi. Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi, (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis, (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja, dan (3) data kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. 

Akibat laba yang dinilai lebih menyebabkan: 
  • Kenaikan dalam proporsi pajak 
  •  Permintaan deviden lebih banyak dari pemegang saham 
  •  Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari pada pekerja 
  •  Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (pengenaan pajak lebih besar).

Jika harus mendistribusikan semua laba yang dibesarkan dalam bentuk pajak, deviden, gaji dan semacamnnya yang lebih besar, suatu perusahaan mungkin tidak akan memiliki cukup sumber daya untuk mengganti aset tertentu yang mengalami kenaikan harga, seperti persediaan, pabrik dan peralatan.

Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang lebih rendah yaitu daya beli perode ini, kemudian diterapkan terhadap beban terkait. Biaya disajikan dalam mata uang dengan daya beli umum lebih tinggi karena biasanya mencerminkan pemakaian sumber daya yang diperoleh dimasa lampau, misalnya penyusutan pabrik yang dibeli 10 tahun silam, ketika daya beli unit moneter lebih tinggi. Mengurangi biaya berdasarkan daya beli historis dari pendapatan berdasarkan daya beli kini menyebabkan laba tidak diukur secara akurat.

Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode inflasi. Jika kita menahan kas selama setahun dengan tingkat inflasi 100%, maka diakhir tahun kita akan memerlukan dua kali lipat kas untuk menyamai daya beli saldo kas diawal tahun. Hal ini selanjutnya mempersulit pembaca laporan untuk membandingkan kinerja bisnis.

Inflasi untuk perubahan harga dalam akuntansi, fungsi mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit yaitu:

Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan. Para pengguna tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor ini. Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas permasalahan tersebut. Pemahaman yang akurat memerlukan kinerja usaha yang dilaporkan dalam kondisi-kondisi yang memperhitungkan pengaruh perubahan harga.Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut. 

Baca juga: Soal-soal akuntansi V lengkap dengan jawabannya.

 

Jenis-jenis Penyesuaian Inflasi 

Inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi, rangkaian statistik yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus biasanya tidak berjalan secara bersamaan. Setiap jenis perubahan harga memiliki pengaruh yang berbada terhadap ukuran‑ukuran posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan‑tujuan berbeda yang tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingkatan harga umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini. 

Adapun jenis-jenis penyesuaian inflasi adalah:  
1. Penyesuaian tingkat harga umum 
2. Penyesuaian biaya kini 
3. Biaya kini disesuaikan dengan tingkat harga umum 

Penjelasannya: 
1. Penyesuaian tingkat harga umum
 

Model biaya historis dolar konstan mempertimbangkan perubahan harga dengan mengukur laba sedemikian rupa sehingga pendapatan tersebut mencerminkan jumlah maksimum sumber daya yang dapat didistribusikan ke berbagai pihak.  Juga berhak selama periode tertentu, dan pada saat yang sama mempertahankan kemampuan perusahaan untuk memperoleh jumlah barang dan jasa yang secara umum sama, pada akhir periode, dengan jumlah barang dan jasa yang dapat diperolehnya pada awal periode. Mata uang tetap atau biaya historis adalah jumlah mata uang yang disesuaikan dengan perubahan tingkat harga daya beli umum.

Indeks Harga

Angka indeks harga digunakan dalam translasi jumlah uang yang dibayarkan di periode sebelumnya ke dalam setara daya beli di akhir periodenya yaitu daya beli tetap biaya historis.
Rumus yang digunakan adalah:  


Keterangan:

GPL         = Indeks harga umum
c               = Tahun berjalan
td             = Tanggal transaksi
PPE         = Setara daya beli umum

Angka tingkat harga yang disesuaikan bukan merupakan biaya kini dari pos yang dipersoalkan, melainkan masih merupakan angka biaya historis. Angka biaya historis hanya sekedar disajikan ulang dalam unit ukuran baru, yaitu daya beli umum diakhir periode. Jika semua transaksi dilakukan secara seragam selama periode tertentu seperti pendapatan dari penjualan barang atau jasa, maka penyesuaian tingkat harga jalan pintas dapat digunakan. 


Ketika menyajikan pendapatan sebagai setara daya beli akhir periode, untuk menyesuaikan tingkat harga pendapatan harian berarti ada 365 perhitungan.
Rumus yang digunakan adalah:  
Keterangan:

GPL         = Indeks harga umum
c               = Tahun berjalan
td             = Tanggal transaksi
PPE         = Setara daya beli umum
 

 

2. Penyesuaian biaya kini

Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama.
Perbedaan model biaya kini dengan akuntansi konvensional, yaitu:

Pertama: Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis, oleh karena aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas dimasa depan. Pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan. 

Kedua: Laba didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa pertimbangan komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain‑lain) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.

3. Biaya kini disesuaikan dengan tingkat harga umum  

Operasi pelaporan ketiga bertujuan untuk menerangkan perubahan harga ini menggabungkan karakteristik model tingkat umum dan model biaya kini. Pengukuran ini disebut model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga menggunakan indeks harga umum maupun khusus. Sesuai dengan model tingkat harga umum, salah satu tujuan model ini adalah untuk mengungkapkan laba dan aset bersih pada ekuivalen daya beli akhir tahun perusahaan. 

Laporan laba rugi juga memuat informasi mengenai laba atau rugi daya beli pos-pos moneter induk bersih. Tujuan lain model ini adalah untuk melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya dan untuk melaporkan jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak. Ciri khas dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga adalah pengungkapan perubahan biaya kini dari aset moneter perusahaan setelah dikurangi inflasi. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum. 

Dua pengungkapan yang lazim dimuat dalam ekuitas pemegang saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut: 

a. Kenaikan aset non moneter akibat inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus dimiliki perusahaan agar mampu menghadapi inflasi umum tersebut. 

b. Komponen kedua (misalnya kenaikan harga kini yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah pihak sebagai laba modal atas aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita berpendapat bahwa komponen terakhir ini bukan merupakan laba, melainkan kenaikan biaya usaha yang harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan kapasitas produksinya. 

Group Modelo laporan keuangan disajikan ulang sebagai berikut:

1. Persediaan
Pos‑pos ini dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang dengan menggunakan metode biaya penggantian atau manufaktur.
2. Harga Pokok Penjualan
Penyajian ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan yang dinyatakan ulang.
3. Aktiva Tetap
Pos‑pos ini dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga Konsumen Umum, sehingga menjadi nilai penggantian bersih yang sesuai ditentukan oleh penilai ahli independent pada tanggal 31 Des 20xx, dan sesuai denga tanggal akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah tanggal tersebut.
4. Depresiasi
Pos ini dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan sebagai dasar, perkiraan masa manfaat ditentukan oleh penilai independent.
5. Penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Akun ini disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI, menurut umur atau tanggal kontribusinya.
6. Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Saldo akun ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan aktiva non-moneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas.
7. Hasil dari kepemilikan aktiva non-moneter
Pos ini menunjukkan perubahan dalam nilai aktiva non-moneter yang disebabkan oleh hal selain inflasi.
8. Akumulasi hasil moneter ekuitas
Pos ini merupakan hasil yang berawal dari penyajian awal angka‑angka laporan keuangan. 

Baca juga: Cara membuat jurnal umum dan memposting ke buku besar.

Berikut adalah kebijakan akuntansinya: 

  • Dasar penyajian 
  • Komparabilitas 
  • Persediaan 
  • Aset tetap 
  • Penyusutan 
  • Penyajian uang ekuitas pemegang saham 
  • Defisit atas penyajian ulang ekuitas pemegang saham 
  • Laba atau rugi dari posisi moneter

 

Pendekatan Akuntansi Inflasi  

Inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi, pendekatan akuntansi inflasi di beberapa negara diantaranya: Amerika Serikat, Inggris, Brazil.

 a. Amerika Serikat

Pada tahun 1970 FASB mengeluarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (Statement of Financial Accounting Standards-SAFS) No.33 berjudul: Pelaporan keuangan dan perubahan harga. Pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap (sebelum dikurangi dengan depresiasi) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total aktiva lebih dari $1 Miliar (setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi) untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan biaya beli konstan biaya kini.

Penemuan pengguna dan penyusun informasi keuangan sesuai SFAS No.33 bahwa:
1. Pengungkapan ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan
2. Biaya untuk penyusunan pengungkapan ganda terlalu besar
3. Pengungkapan daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini

Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapan beberapa informasi untuk masing-masing dari 5 tahun terkini.
Informasi perusahaan pelapor masing-masing, yaitu:

1. Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainnya
2. Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini
3. Keuntungan atau kerugiaan daya beli (moneter) atas pos-poss moneter bersih
4. Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inlasi (perubahan tingkat harga umum)
5. Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini yang timbul dari proses konsolidasi
6. Aktiva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini
7.  Laba per saham (dari operasi berjalan) menurut dasar biaya kini
8. Deviden per saham biasa
9. Harga pasar akhir tahun per lembar saham biasa
10. Tingkat Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index-CPI) yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan

b. Inggris

Komite Standar Akuntansi Inggris (Accounting Standard Committee-ASC) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of Standards Accounting Practice-SSAP 16), Akuntansi Biaya Kini untuk masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980, SSAP 16 dengan SFAS 33 berbeda dalam 2 hal.

Perbedaan SSAP 16 dengan SFAS 33 yaitu:
1. Standar AS menghaaruskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal
2. Penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan

Pelaporan standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan:
1. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis
2. Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini
3. Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai.

c. Brazil

Akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brazil mencerminkan dua kelompok pilihan pelaporan, yaitu hukum perusahaan Brazil dan Komisi pengawas pasar modal Brazil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanent dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanent meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tanguhan dan deprsiasi terkait, serta akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugiaan yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal. 


Inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi, International Accounting Standard Board (IASB) menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasional yang dinyatakan dalam mata uang lokal dilingkungan hyperinflasi tidak bermanfaat. IAS 29 pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi mewajibkan (dan bukan hanya merekomendasikan) penyajian ulang informasi laporan keuangan utama. 

Laporan keuangan suatu perusahaan secara khusus melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Peraturan ini juga berlaku untuk angka‑angka serupa ditahun sebelumnya. Laba atau rugi daya beli terkait posisi kewajiban atau aset moneter bersih harus dimasukkan kedalam laba bersih. 
Baca juga: Pengertian pajak penghasilan menurut undang-undang


Kesimpulan inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi:  
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus  (continue) dalam waktu tertentu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi tingkat harga yang artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kanaikan harga belangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

Demikian pembahasan artikel mengenai inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi, semoga dengan pemahaman artikel ini anda semakin memahami tentang akuntansi untuk inflasi untuk perubahan harga dalam ekonomi. Terimakasih atas kunjungannya dan semoga bermamfaat.


Inflasi Untuk Perubahan Harga Dalam Ekonomi Inflasi Untuk Perubahan Harga Dalam Ekonomi Reviewed by Admin on 09 Maret Rating: 5