Persediaan Dengan Metode Pencatatan Dan Dasar Penilaian
Persediaan Dengan Metode Pencatatan Dan Dasar Penilaian: Selamat bertemu kembali di blog pelajaran akuntansi, dengan topik pembahasan kita adalah persediaan dengan metode pencatatan dan dasar penilaian, berikut ini pembahasannya.
Didalam perusahaan penentuan keputusan sering menghadapi permasalahan yaitu permasalahan di bagian penentuan persediaan produksi barang. Pada dasarnya perusahaan yang melakukan proses produksi melakukan pengendalian persediaan untuk menciptakan ketepatan dalam merencanakan besarnya produksi yang akan dipasarkan. Diantaranya jika jumlah barang yang diproduksi lebih sedikit dibandingkan jumlah permintaan konsumen, akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan dari konsumen terhadap perusahaan.
Dampak dari kurangnya persediaan tersebut mengakibatkan kehilangan kesempatan memperoleh laba ataupun pendapatan, dan hal itu berpotensi menimbulkan biaya yang lebih besar untuk memenuhi jumlah permintaan tersebut. Sebaliknya jika jumlah permintaan konsumen lebih kecil dari jumlah barang yang diproduksi, perusahaan akan mengalami kerugian. Kerugian tersebut disebabkan dari penambahan biaya penyimpanan, biaya penyusutan, bunga yang tertanam dalam biaya persediaan, dan penurunan harga.
Pengendalian persediaan atau disebut juga Inventory control merupakan penentuan suatu kebijakan pemesanan dalam penentuan urutan waktu pemesanan bahan dan besarnya jumlah pesanan secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan. Pengendalian persediaan adalah suatu usaha untuk menentukan tingkat optimal dengan biaya persediaan yang minimum sehingga perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
Persediaan Dengan Metode Pencatatan Dan Dasar Penilaian
Pengertian Persediaan
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual. Dalam hal ini Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang, sedangkan perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi yang siap untuk dijual.
Dalam laporan keuangan perusahaan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca. Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan awal dan akhir akan mempengaruhi besarnya Harga Pokok Penjualan (HPP).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.14 persediaan adalah:
1. Aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
2. Aktiva dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau
3. Aktiva dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses atau pemberian jasa.
A. Metode Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Metode Perpetual
2. Metode Periodic (System fisik)
Penjelasannya:
1. Metode Perpetual
Dalam system persediaan perpetual yaitu melakukan pencatatan berkelanjutan yang menyangkut perubahan persediaan yang dicerminkan dalam akun persediaan. Akun persediann yaitu semua pembelian dan penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara langsung ke dalam akun persediaan pada saat terjadinya pengeluaran persediaan barang.
Karakteristik akuntansi dari sistem perpetual adalah:
a. Pembelian barang untuk dijual atau pembelian bahan baku untuk produksi didebet ke persediaan dan bukan kepembelian.
b. Biaya trasportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan harga, serta diskon pembelian dicatat dalam persediaan bukan dalam akun terpisah.
c. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan dengan mendebet akun harga pokok penjualan, dan mengkredit persediaan.
d. Persediaan merupakan akun pengendali yang didukung oleh buku besar pembantu yang berisi catatan persedian individual.
2. Metode Periodic (System fisik)
Dalam sistem persediaan periodik, kualitas persediaan yang ada ditentukan seperti yang tersirat oleh namanya yaitu secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir peiode akuntansi ditambahkan ke biaya persediaan di tangan pada awal periode, yaitu untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan. Selanjutnya total biaya barang yang tersedia untuk dijual dikurangi dengan persediaan akhir untuk menentukan harga pokok penjualan.
Kelebihan dan kekurangan persediaan pada metode periodic pada umumnya adalah langkah dalam penentuan harga pokok penjualan. Perbedaan ini merupakan hal yang normal yang mungkin diakibatkan oleh penciutan, kerusakan, pencurian, kesalahan pencatatan, dan sebagainya. Kelebihan dan kekurangan persediaan merupakan penyesuaian harga pokok penjualan.
B. Kuantitas Metode Pencatatan Persediaan
Biaya barang yang akan dijual merupakan jumlah biaya barang yang tersedia pada awal periode dan biaya barang yang dibeli atau diproduksi selama periode berjalan.
Adapun kuantitas yang dimasukkan sebagai metode pencatatan persediaan adalah:
1. Barang dalam Perjalanan
Barang dalam perjalan merupakan barang yang dikirim atas dasar shipping point yang masih berada dalam perjalanan pada akhir periode akan menjadi milik pembeli dan harus diperlihatkan dalam catatan pembeli.
2. Barang Konsinyasi
Menurut kesepakatan kosinyasi yaitu salah satu pihak mengirim barang kepihak lain yang bertindak sebagai agen consignor dalam menjual barang konsinyasi.
3. Perjanjian Penjualan Khusus
Tiga situasi penjualan khusus akan diilustrasikan untuk mengindikasikan jenis-jenis masalah yang dapat ditemukan dalam praktek, yaitu:
a. Penjualan dengan perjanjian beli kembali.
b. Penjualan dengan tingkat retur yang tinggi.
c. Penjualan cicilan.
C. Pengakuan Harga Perolehan Persediaan
Biaya barang yang tersedia untuk dijual atau digunakan adalah jumlah dari (1) biaya barang yang tersedia (ada ditangan) pada awal periode dan (2) biaya barang yang dibeli atau diproduksi selama periode berjalan. Harga pokok penjualan adalah perbedaan antara biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan dengan biaya barang yang ada ditangan pada akhir periode.
Penilaian persediaan bisa menjadi proses yang kompleks yang memerlukan penetuan atas:
a. Barang fisik yang harus dimasukkan dalam persediaan.
b. Biaya-biaya yang harus dimasukkan dalam persediaan.
c. Asumsi arus biaya yang harus diadopsi.
D. Biaya-Biaya Yang Dimasukkan Dalam Persediaan
Biaya-biaya yang dimasukkan dalam persediaan:
1. Biaya Produk
Biaya produk adalah biaya yang melekat dengan persediaan yang dicatat dalam akun persediaan.
2. Biaya Periode
Biaya Periode adalah biaya yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi barang.
3. Biaya Manufaktur
Biaya manufaktur adalah biaya overhead manufaktur meliputi beban tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan pos-pos.
4. Variabel Costing VS Absorption Costing
Variabel Costing yaitu:
Metode yang hanya membebankan biaya manufaktur variable kepada produk.
Absorption Costing yaitu:
Metode yang membebankan seluruh biaya manufaktur baik itu variable cost maupun fixed cost ke dalam produk.
5. Perlakuan atas diskon pembelian
Perlakuan atas diskon pembelian adalah perusahaan melaporkan pembelian dan hutang usaha pada jumlah kotor, pendekatan yang lain adalah mencatat pembelian dan hutang usaha pada jumlah bersih atau diskon tunai. Perlakuan ini dianggap lebih baik karena menyajikan kesempatan untuk mengukur inefisiensi manajemen jika diskon tidak diambil.
E. Metode Penilaian Persediaan
Adapun metode penilaian persediaan adalah:
1. Identifikasi Khusus
Identifikasi khusus yaitu digunakan dengan cara mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan setiap barang dalam pos persediaan.
2. Biaya Rata-rata
Metode biaya rata-rata yaitu menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama satu periode akuntansi.
3. First In First Out (FIFO)
Metode FIFO mengamsumsikan bahwa barang-barang digunakan atau dikeluarkan sesuai dengan urutan pembeliannya. Dengan kata lain barang yang pertama datang ialah barang yang lebih dulu digunakan atau dikeluarkan.
4. Last In First Out (LIFO)
Metode LIFO mengasumsikan bahwa barang yang terakhir masuk menjadi barang yang pertama dikeluarkan atau digunakan. Metode LIFO menandingkan biaya dari barang-barang yang paling akhir dibeli terhadap pendapatan. Jika yang digunakan adalah persediaan periodic, maka akan diasumsikan bahwa dari total kuantitas yang terjual atau dikeluarkan selama satu bulan berasal dari pembelian paling akhir.
F. Tujuan Pemeriksaan Persediaan (Audit Objectives)
Persediaan Dengan Metode Pencatatan Dan Dasar Penilaian
Tujuan pemeriksaan persediaan adalah:
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca.
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yaitu Standar Akuntansi Keuangan.
4. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective), bergerak lambat dan ketinggalan mode (absolescence) sudah dibuatkanal lowance yang cukup.
6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.
7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang baik.
8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan (purchasel sales commitment) yang berpengaruh besar terhadap laporan keuangan,
9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
Prosedur Audit Substantive Atas Persediaan
Persediaan Dengan Metode Pencatatan Dan Dasar Penilaian
Adapun prosedur audit substantive atas persediaan, yaitu:
1. Lakukan observasi atas stock opname yang dilakukan klien perusahaan.
2. Minta Final Inventory List dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut ini:
Check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian).
Cocokkan quantity per book dengan stock card.
Cocokkan quantity per count dengan count sheet kita (auditor).
Cocokkan total value dengan buku besar persediaan.
3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.
4. Periksa unit price dari raw material (bahan baku), work in process (barang dalam proses), finished goods (produk jadi) dan supplies (bahan pembantu).
5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca.
6. Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang bergerak lambat), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode.
7. Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event).
8. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian.
9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, loan agreement (perjanjian kredit), notulen rapat, periksa apakah ada sates atau purchase commitment per tanggal neraca.
Misalanya ada barang perusahaan dalam perjalanan (goods in transit), langkah apa yang akan dilakukan?
Prosedur barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan prosedur berikut ini:
- Minta rincian goods in transit per tanggal neraca.
- Periksa mathematical accuracy.
- Periksa subsequent clearance.
- Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika diperlukan.
- Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
Contoh soal persediaan dengan metode pencatatan dan dasar penilaian.
Jawablah pertayaan berikut ini:
1. Jelaskan perbedaan Variabel Costing dan Absorption Costing!
2. Berikan contoh dan perbedaan dari FIFO dan LIFO!
Jawaban:
1. Untuk Variabel Costing: Biaya tetap dan periode berjalan biasa sedangkan Absorption Costing yaitu proses pada periode sebelumnya akan di akumulasikan kembali pada periode berjalan saat ini.
2. FIFO (First In First Out) yaitu metode pencatatan persediaan dengan cara barang pertama yang masuk (pertama kali dibeli) adalah yang pertama kali dijual.
LIFO (Last In First Out) kebalikan dari FIFO yaitu metode pencatatan persediaan dengan cara barang yang terakhir kali dibeli justru yang pertama kali dijual.
Kesimpulan persediaan dengan metode pencatatan dan dasar penilaian:
Bahwa penyusunan data persediaan barang perlu dilakukan secara tepat dan akurat sehingga tercapai suatu taraf pengawasan yang baik dan efesien, yang akan meningkatkan kinerja dan usaha pendistribusian untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pengkoordinasian dokumen-dokumen dan arsip yang digunakan secara tepat juga merupakan langkah yang tepat. Bagi pemasok atau pelanggan, pengkoordinasian ini diharapkan mampu mempermudah membuat suatu keputusan yang lebih cepat, karena kegiatan operasional dan transaksi yang dilakukan lebih efektif.
Demikian pembahasan artikel mengenai persediaan dengan metode pencatatan dan dasar penilaian, semoga dengan pemahaman artikel ini anda semakin memahami tentang akuntansi untuk persediaan dengan metode pencatatan dan dasar penilaian. Terimakasih atas kunjungannya di blog pelajaran akuntansi, kita akan bertemu kembali di topik yang lain, harapan kami semoga bermamfaat.
Persediaan Dengan Metode Pencatatan Dan Dasar Penilaian
Reviewed by Admin
on
14 Februari
Rating: